Palestina Tanah Yang (Pernah) Dijanjikan
2000 SM – 1500 SM:
Ibrahim as. melahirkan Ismail as. (Bapak bangsa Arab) dan Ishak as.
Ishak melahirkan Ya’kub as. alias Israel. Ya’kub punya anak Yusuf as,
yang ketika kecil dibuang oleh saudaranya, namun belakangan menjadi
bendahara kerajaan Mesir. Ketika dilanda paceklik, Ya’kub as. sekeluarga
atas undangan Yusuf berimigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan
Israel (bani Israel atau bangsa Israel) membesar.
1550 SM – 1200
SM: Politik di Mesir berubah. Bani Israel dianggap problem, dan akhirnya
oleh Fir’aun statusnya diubah menjadi budak.
1200 SM – 1100 SM:
Musa as. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di padang
Sinai menuju tanah yang dijanjikan, bila mereka taat kepada Allah.
Namun saat mereka diperintah memasuki Filistin (Palestina), mereka
membandel dan mengatakan:
“Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan
memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang-orang yang gagah perkasa di
dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah
kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. (QS.
5:24)
Akibatnya mereka dikutuk dan hanya berputar-putar saja di
sekitar Palestina. Belakangan agama Musa as disebut “Yahudi” – menurut
nama salah satu marga Israel yang paling banyak berketurunan, yakni
Yehuda, dan bani Israel -tanpa memandang warga negara atau tanah air-
disebut juga orang-orang Yahudi.
1000 SM – 922 SM: Daud as.
mengalahkan Goliath dari Filistin. Palestina berhasil direbut. Daud
dijadikan raja. Wilayah kerajaannya membentang dari tepi Nil hingga
Efrat di Iraq. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran
Israel raya Raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (Nil dan
Efrat) dan bintang Daud. Daud diteruskan Sulaiman as. Masjidil Aqsha
dibangun.
922 SM – 800 SM: Sepeninggal Sulaiman Israel dilanda
perang saudara yang berlarut, hingga kerajaan tersebut terbelah dua:
utara bernama Israel beribukota Samaria dan selatan bernama Yehuda
beribukota Yerusalem.
800 SM – 600 SM: Karena kerajaan Israel sudah
terlalu durhaka kepada Allah swt. maka kerajaan itu dihancurkan lewat
tangan kerajaan Asyiria.
Sesungguhnya Kami telah mengambil
perjanjian dari Bani Israel, dan telah Kami utus kepada mereka
rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan
membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka, maka sebagian
rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh. (QS. 5:70)
Hal ini juga bisa dibaca di Bible: Kitab Raja-raja ke-I 14:15, dan Kitab Raja-raja ke-II 17:18.
600
SM – 500 SM: Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari
Babylonia. Dalam Bible Kitab Raja-raja ke-II 23:27 dinyatakan bahwa
mereka tidak mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari
Yerusalem dan dipenjara di Babylonia.
500 SM – 400 SM: Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bani Israel kembali ke Yerusalem.
330
SM – 322 SM: Israel diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani).
Ia melakukan Hellenisasi terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa
Yunani menjadi bahasa resmi Israel, sehingga nantinya Injil pun ditulis
dalam bahasa Yunani, dan bukan dalam bahasa Ibrani.
300 SM – 190 SM: Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi.
1 – 100: Nabi Isa as. (Yesus) lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan
melawan penguasa Romawi. Namun selain dianggap subversi oleh penguasa
Romawi (dengan ancaman hukuman tertinggi yaitu disalib), ajaran Yesus
sendiri ditolak oleh para rabi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, bangsa
Yahudi memberontak terhadap Romawi.
#Palestina area bebas Yahudi
100 – 300: Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan
dijadikan area bebas Yahudi. Mereka dideportasi keluar Palestina dan
terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi. Namun demikian tetap ada
sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang tetap bertahan di Palestina. Dengan
masuknya Islam serta dipakainya bahasa Arab di kehidupan sehari-hari,
mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam.
313: Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara.
500
– 600: Bangsa Yahudi merembes ke semenanjung Arabia (di antaranya di
Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian berimigrasi dalam jumlah besar ke
daerah tersebut ketika terjadi perang antara Romawi dan Persia.
619: Nabi Muhammad saw melakukan perjalanan ruhani: Isra’ dari masjidil
Haram ke masjidil Aqsha dan Mi’raj ke langit. Rasulullah menetapkan
Yerusalem sebagai kota suci-3 ummat Islam, sholat di masjidil Aqsha
dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid yang lain selain masjidil
Haram dan masjid Nabawi. Masjidil Aqsha juga menjadi kiblat ummat Islam
sebelum dipindah ke ka’bah.
622: Hijrah nabi ke Madinah dan
pendirian negara Islam (yang seterusnya disebut khilafah). Nabi
mengadakan perjanjian dengan penduduk Yahudi di Madinah dan sekitarnya,
yang dikenal dengan “Piagam Madinah”.
626: Pengkhianatan Yahudi
dalam perang Ahzab (atau perang parit) dan berarti melanggar Piagam
Madinah. Sesuai dengan aturan di Kitab Taurat mereka sendiri, mereka
dibunuh atau diusir.
Palestina di bawah Daulah Islam
638: Di
bawah Umar bin Khattab, seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah
Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, muslim maupun non muslim,
hidup aman di bawah khilafah. Kebebasan beragama dijamin.
700 –
1000: Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di
dalamnya, bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang
sama. Ada beberapa ilmuwan yang terkenal di dunia Islam yang
sesungguhnya adalah orang Yahudi.
1076: Yerusalem dikepung tentara
salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik (sekte Drusiah yang
mengaku Islam tapi ajarannya sesat), pada 1099 tentara salib berhasil
menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja Kristen. Penjajahan ini
berlangsung hingga 1187, sampai Salahuddin al Ayubi membebaskannya,
setelah ummat Islam yang terlena sufisme yang sesat bisa dibangkitkan
kembali.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. …(QS.
13:11)
1453: Setelah melalui proses reunifikasi dan
revivitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang tercerai berai setelah
hancurnya Bagdad oleh tentara Mongol (1258), khilafah Utsmaniyah di
bawah Muhammad Fatih menaklukkan Kontantinopel, dan mewujudkan nubuwwah
Rasulullah. 700 tahun lebih kaum muslimin berlomba untuk menjadi mereka
yang diramalkan Rasul dalam hadits berikut:
Hari kiamat tak akan
tiba sebelum tanah Romawi di dekat al-A’maq atau Dabiq ditaklukkan.
Sepasukan tentara terbaik di dunia akan datang … Maka mereka bertempur.
Sepertiga dari mereka akan lari, dan Allah tak akan memaafkannya.
Sepertiga lagi ditakdirkan gugur sebagai syuhada. Dan sepertiga lagi
akan menang dan menjadi penakluk Konstantinopel. (HR Muslim, no. 6924)
1492:
Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista).
Karena cemas suatu saat ummat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi
pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tak cuma
diarahkan pada muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah
khilafah Utsmaniyah, di antaranya ke Bosnia. Pada 1992 raja Juan Carlos
dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas
holocaust 500 tahun sebelumnya.
1500-1700: Kebangkitan pemikiran
di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan gereja – negara),
nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi modern di
Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur
alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi
berikutnya mereka didorong semangat kolonialisme / imperialisme.
1529:
Tentara khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme / imperialisme
serta membalas reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung
Wina, namun gagal. Tahun 1683 kepungan ini diulang, dan gagal lagi.
Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada jumlah
dan perlengkapannya.
… yaitu ketika kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa’at
kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu,
kemudian kamu lari kebelakang dan bercerai-berai. (QS. 9:25)
#Barat memperalat Yahudi
1798: Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi
tujuan-tujuan Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih
di bawah khilafah.
1831: Untuk mendukung strategi “devide et impera”
Perancis mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni Muhammad Ali di
Mesir, dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah dirongrong oleh
nasionalisme.
1835: Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina,
dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya adalah
milyuner Yahudi Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini
adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah khilafah.
1838: Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina.
1849:
Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu
jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12000. Pada tahun 1948 jumlahnya
sudah 716700, dan pada 1964 sudah hampir 3 juta. 1882: Imigrasi
besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati
dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu.
1891:
Para penduduk Palestina mengirim petisi kepada khalifah, menuntut
dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat
itu khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at
Bosporus”), dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat
membuat terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang
jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina !! Sayang,
sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim
Agung) yang telah dipengaruhi Inggris. PD-I meletus, dan jalur kereta
tersebut dihancurkan.
#Zionisme 1896: Theodore Herzl
merampungkan sebuah doktrin baru Zionisme sebagai gerakan politik untuk
mendirikan negara Yahudi Israel. Mereka mendapat inspirasi untuk
“bekerjasama” dengan negara-negara besar (Amerika, Inggris, Perancis,
Rusia) dalam realisasinya. Sebaliknya negara-negara besar itu
berkepentingan dengan sumber alam di wilayah itu, dan memerlukan “agen”
untuk melemahkan ummat Islam di sana.
1897: Theodore Herzl
menggelar kongres Zionis dunia pertama di Basel, Swiss. Peserta
Kongress-I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa ummat Yahudi tidaklah
sekedar ummat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk
hidup secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis
menuntut tanah air bagi ummat Yahudi -walaupun secara rahasia- pada
“tanah yang bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris hampir
menjanjikan tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin! Di kongres
itu, Herzl menyebut, zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan
penindasan” atas ummat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun.
Pergerakan ini mengenal kembali, bahwa nasib ummat Yahudi hanya bisa
diselesaikan di tangan ummat Yahudi sendiri. Di depan Kongres Herzl
berkata: “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi !!!” Apa yang
direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada 1948.
1916: Perjanjian
rahasia Sykes-Picot oleh sekutu – (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat
meletusnya PD-I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dari khilafah
Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD-I berakhir dengan
kemenangan sekutu. Inggris mendapat kontrol atas Palestina. Di PD-I ini,
Yahudi Jerman berkomplot dengan sekutu untuk tujuan mereka sendiri
(memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar).
1917: Menlu
Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour,
memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris
akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu
pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa
(cikal bakal PBB) memberi mandat ke Inggris untuk menguasai Palestina.
Setelah Hancurnya Khilafah Islam
1924: Mustafa Kemal Ataturk – seorang Turki yang terdidik oleh Free
Masonry, menganggap kemunduran khilafah itu karena Islam. Ia merasa
jalan keluarnya adalah nasionalisme dan sekularisme seperti yang telah
berhasil di Barat. Bersama tentara yang seide, ia merebut kekuasaan dan
mengumumkan bahwa khilafah bubar. Dengan itu maka tidak ada lagi ikatan
antar ummat Islam sedunia yang akan “take care” bila ada satu bumi Islam
jatuh dalam penderitaan. Nasionalisme menggantikan solidaritas Islam
(ukhuwah Islamiyah).
1938: Nazi Jerman menganggap bahwa
pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi kekalahan mereka pada
PD-I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka perlu
“penyelesaian terakhir” (Endlösung). Ratusan ribu dikirim ke kamp
konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama ke USA). Sebenarnya ada
etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik dengan Nazi yang
bernasib sama, namun setelah PD-II Yahudi lebih berhasil menjual
ceritanya karena menguasai banyak surat kabar atau kantor berita di
dunia.
1944: Partei buruh Inggris yang sedang berkuasa secara
terbuka memaparkan politik “Membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke
Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan
mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana”. Kondisi Palestina memanas.
1947: PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel.
1948
14 Mei: sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina para
pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel, melakukan
agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, jutaan
dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dll.
Palestinian Refugees menjadi tema dunia. Namun Israel menolak existensi
rakyat Palestina ini, dan menganggap mereka telah memajukan areal yang
semula kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dengan
negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab
sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris, maka Israel mudah merebut
daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan PBB.
#Setelah Negara Israel Berdiri
1948 2 Desember: Protes keras Liga Arab atas tindakan USA dan sekutunya
berupa dorongan dan fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis
ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan
Al-Bana mengirim 10000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha
ini kandas bukan karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja
Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa di dalam negeri, IM bisa
kudeta. Akibatnya, tokoh-tokoh IM dipenjara atau dihukum mati.
1952: Para perwira Mesir di bawah Jamal Abdul Nasser melakukan kudeta terhadap Raja Farouk.
1953:
Harakah Islam Hizbut Tahrir berdiri di Yerusalem dengan tujuan
mengembalikan kehidupan Islam ketengah masyarakat dan membentuk khilafah
Islam yang menerapkan sistem Islam dan membebaskan seluruh dunia dari
penghambaan kepada selain Allah. Metode yang ditempuh dalam membentuk
khilafah adalah dakwah untuk merubah opini masyarakat.
1956: Nasser
menasionalisasikan terusan Suez. Hal ini membangkitkan harga diri pada
bangsa Arab, sehingga tak sedikit yang kemudian “memuja” Nasser.
1956 29 Oktober: Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez.
1964:
Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestina Liberation Organitation).
Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa
Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan ummat Islam. Masalah
Palestina direduksi menjadi persoalan nasional.
1967: Israel
menyerang Mesir, Yordania dan Syiria selama 6 hari dengan dalih
pencegahan. Israel berhasil merebut Sinai dan jalur Gaza (Mesir),
dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania).
Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena
informasi dari CIA. Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas
serangan Israel, karena Menhan Mesir ikut terbang dan memerintahkan
untuk tidak melakukan tembakan selama dia di udara.
1967 Nopember:
Dewan keamanan PBB mengeluarkan resolusi nomor 242, untuk perintah
penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang enam
hari, pengakuan semua negara di kawasan itu dan penyelesaikan secara
adil masalah pengungsi Palestina.
1969: Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua komite eksekutif PLO dengan markas di Yordania.
1970:
Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat
Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania dikucilkan.
Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari USA, maka akhirnya Raja
Hussein mengusir markas PLO dari Yordania. PLO pindah ke Libanon.
1973
6 Oktober: Mesir dan Syiria menyerang pasukan Israel di Sinai dan
dataran tinggi Golan pada hari puasa Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini
dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau
Israel tidak tiba-tiba dibantu USA. Anwar Sadat terpaksa berkompromi,
karena dia cuma “siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan
dengan USA”. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak.
Akibatnya harga minyak melonjak pesat.
1973 22 Oktober: Dewan
Keamanan PBB mengeluarkan resolusi 338, untuk gencatan senjata,
pelaksanaan resolusi 242 dan perundingan damai di Timur Tengah.
Ditipu sejak Camp David
1977: Pertimbangan ekonomi (perang memboroskan kas negara) membuat
Presiden Mesir Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa berkonsultasi dengan
Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh
Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena politiknya ini,
belakangan Sadat dibunuh (1982).
1978 September: Mesir dan Israel
menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai USA. Perjanjian
itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di
wilayah-wilayah pendudukan. Sadat dan PM Israel Menachem Begin
dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. Namun Israel tetap menolak
perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi
versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi
versi lainnya. Dan USA sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib
memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang tak
menguntungkan Israel.
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan
senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti keinginan mereka. Katakanlah:
“Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan
sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan
datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong
bagimu. (QS. 2:120)
1979: Ayatullah Khumaini memaklumkan Revolusi
Islam di Iran yang menumbangkan rezim korup pro Barat Syah Reza Pahlevi.
Referendum menghasilkan pembentukan Republik Islam, yang salah satu
cita-citanya adalah mengembalikan bumi Palestina ke ummat islam dengan
menghancurkan Israel. Iran mensponsori gerakan anti Israel “Hizbullah”
yang bermarkas di Libanon.
1980: Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerusalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota.
1980:
Pecah perang Iraq-Iran selama 8 tahun. Perang ini direkayasa oleh Barat
untuk melemahkan gelombang revolusi Islam dari Iran. Negara-negara Arab
dipancing fanatisme sunni terhadap Iran yang syiah. Iraq mendapat
bantuan senjata yang luar biasa dari Barat.
1982: Israel menyerang
Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila.
Pelanggaran atas batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke
forum PBB karena veto USA. Belakangan Israel juga dengan enaknya
melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq,
Libya dan Tunis.
#INTIFADHOH
1987: Intifadhah, perlawanan
dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di daerah pendudukan
terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh
HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan
dan sosial.
1988 Desember: USA membenarkan pembukaan dialog dengan
PLO setelah Arafat secara tidak langsung mengakui existensi Israel
dengan menuntut realisasi resolusi PBB no. 242 pada waktu
memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis.
1990
Agustus: Invasi Iraq ke Kuwait. Arafat menyatakan mendukung Iraq.
Terjadi lagi perpecahan antar Arab. Perang ini juga direkayasa Barat
untuk melemahkan Iraq, yang setelah perang dengan Iran arsenalnya
dinilai terlalu besar dan bisa membahayakan Israel. Dan Barat sekaligus
bisa lebih kuat menancapkan pengaruhnya di negera-negara Arab.
Pemerintah diktatur di negara-negara Arab ditakut-takuti dengan “Islam
fundamentalis”.
1991 Maret: Presiden USA George Bush menyatakan
berakhirnya perang teluk-II dan membuka kesempatan “tata dunia baru”
bagi penyelesaian konflik Arab-Israel.Yasser Arafat menikahi Suha,
seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah
dengan revolusi Palestina”.
1993 September: PLO-Israel saling
mengakui existensi masing-masing dan Israel berjanji memberi hak otonomi
kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace”
(=tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras dari pihak
ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun
negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut
baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk
mendukung perdamaian. Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan
ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala
aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan
perpanjangan tangan Yahudi. Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut.
1995:
Rabin dibunuh oleh Yigal Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di
Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan muslim yang sedang
sholat shubuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun
wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan
Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat
Israel dengan bom “bunuh diri”. Dengan ini diharapkan usaha perdamaian
yang tidak adil itu gagal. Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel
sebagai “Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa
hidup damai)”.
1996: Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis
oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang
anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur pelaksanaan perjanjian
perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina. Palestina agar tetap
sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu /
menciptakan konstelasi baru (pemukiman di daerah pendudukan, bila perlu
perluasan ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat perjanjian
baru. USA tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang
ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di USA terlalu kuat, maka Bill
Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara Arab untuk
“mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab
tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan
jihad terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan
Perancis) juga mencoba “aktif” jadi penengah, yang sebenarnya juga hanya
untuk kepentingan masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di
wilayah itu. Mereka juga tidak rela bahwa USA “jalan sendiri” tanpa
“bicara dengan Eropa”.
#KHATIMAH
Negara Israel adalah kombinasi
dari sedang lemahnya ummat Islam, oportunisme Zionis Yahudi serta
rencana Barat untuk mengontrol bumi dan ummat Islam.
Di Palestina
berhasil didirikan negara Yahudi setelah sebelumnya ummat Islam berhasil
diinflitrasi dengan pikiran-pikiran yang tidak islami, sehingga dapat
dipecah belah bahkan sampai dilenyapkan khilafahnya.
Nabi berkata:
Kunci Timur dan Barat telah ditunjukkan Allah untukku dan kekuasaan
ummatku akan mencapai kedua ujungnya. Telah kumohon kepada Rabbku agar
ummatku tidak dihancurkan oleh kelaparan maupun oleh musuh-musuhnya.
Rabbku berkata: Apa yang telah Ku-putuskan tak ada yang bisa merubahnya.
Aku menjamin bahwa ummatmu tak akan hancur oleh kelaparan atau oleh
musuh-musuhnya, bahkan jika seluruh manusia dari segala penjuru dunia
bekerja bersama-sama untuk itu. Namun di antara ummatmu akan ada yang
saling membunuh atau memenjarakan. (HR Muslim no. 6904)
Karena itu
baik strategi Zionis maupun Barat adalah menimbulkan permusuhan di
kalangan ummat Islam sendiri. Namun sementara itu sesungguhnya Zionis
atau Barat sendiri juga saling bersaing demi kepentingannya. Permusuhan
antara sesama mereka adalah sangat hebat.
Kamu kira mereka itu
bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena
sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti. (QS. 59:14).
Yang
jelas, sang perampok Israel tidak bisa diusir dalam kondisi ummat Islam
dewasa ini. Terlebih dahulu mereka harus menata aqidah dan menegakkan
khilafah. Bukan PLO dan bukan negara-negara Arablah yang akan
membebaskan kembali Palestina dan Yerusalem, namun ummat Islam bersama
khilafahnya yang berhak melakukan tugas mulia itu, serta (insya Allah)
memenuhi salah satu nubuwwat Rasulullah berikut ini:
Tidak datang
hari Kiamat, sebelum kamu memerangi kaum Yahudi, hingga mereka lari ke
belakang sebuah batu, dan batu itu berkata: “ada orang Yahudi di
belakangku, datanglah, dan bunuhlah” (HR Bukhari Vol. 4 Kutub 52 no. 176
dan HR Muslim no. 6985)
Nubuwwah ini sepertinya baru akan terjadi
di zaman “total digital”, yang baru akan tiba, di mana rumah kita,
sejak dari pintu hingga tong sampah, semua “ber-chip”, dan bisa
berkomunikasi dengan manusia.
***Oleh Prof, FAHMI AMHAR.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar