Sabtu, 01 Juni 2013

Suamiku Seorang Penjahat?


Jakarta (31 Mei 2013)
 Nyonya Karimah, lima bulan sebelumnya, ibunya meninggal dunia, sesudah itu mendapatkan surat cerai dari suaminya. Rasanya seperti berada diantara puing-puing reruntuhan bangunan lantai 27. Nyonya Karimah tidak siap menghadapi kehidupan baru. Dengan situasi itu.

Peristiwa kematian ibunya dan perceraian dengan suaminya itu, benar-benar membuat kondisi psychologisnya begitu labil, harus berpisah dengan suaminya yang sudah menikahinya selama 27 tahun, dan mengaruniai 3 orang anak. Peristiwa perceraian itu, bagaikan hantaman badai yang sangat dahsyat.

Betapa Nyonya Karimah menghadapi kehidupan yang begitu  bahagia bersama suaminya. Sepuluh tahun pertama ia habiskan bersama dengan penuh kebahagiaan. Penuh cinta kasih. Melahirkan dua orang putera dan seorang puteri. Tidak pernah terbetik sedikitpun dalam angan dan pikiran, jika suatu hari kelak Nyonya Karimah akan berpisah dengan suaminya, dan suaminya menceraikannya.

Di suatu pagi, Nyonya Karimah harus dengan berat hati, menyiapkan kamera untuk rekaman acara yang diasuhnya,"Ar-Ridha wa An-Nur" (Kerelaan dan Binar Cahaya) bersama dengan Ustadz Abdul Halim Khafaqi, sesudah beliau berkunjung ke Mesir.

Sambil menyusuri sungai Nil dengan perahu, Nyonya Karimah mewancarainya Ustadz Abdul Halim Khafaqi, dan pikiran-pikirannya sangat baru, progressif, menarik dan inklusif, meskipun dibarengi dengan ta'shil Islami yang kuat.

Sosok Ustad Abdul Halim Khafaqi sangat layak diteladani, dihormati, dan dikagumi. Sungguh suatu anugerah pertemuan bersamanya. Ustadz Abdul Halim Khafaqi sangat gemuk, dan rambutnya kemerah-merahan. Berbeda dengan sosok pemuda yang berdiri di  halaman penjara dengan sorot mata yang lepas, da perawakan yang diliputi kesedihan.

Beberapa hari kemudian, Ustadz Abdul Halim Kafaqi kembali mengunjungi Nyonya Karimah, di Ma'adi, bersama dengan keluarganya. Sebelum pamitan, Ustadz Kafaqi membisikkan kalimat pendek, "Anda harus berkenalan dengan Kamal Abdurrazzzaq. "Saya nominasikan ia kepada anda, agar anda dapat menyerap ilmu, intelektualitas, kemahirannya", kata Ustad Kafaqi.

Tidak ada keraguan sedikitpun Nyonya Karimah terhadap Kamal Abdurrazzaq yang telah direkomendasikan oleh Ustadz Abdul Halim Khafaqi, dan tentu sosok Islami, yang bisa diundang dalam acara Ar-Ridha wa An-Nur.

Sampai suatu hari, Nyonya Karimah berada di Multazam, merasakan kenikmatan bersimpuh di Multazam, dan Nyonya Karimah meletakkan dadanya menempel di Ka'bah, serta sangat luar biasa kenikmatan yang dirasakannya.

Isak tangis menggantung. Nyonya Karimah larut dalam linangan air mata   cinta Ilahi, dan tiba-tiba Nyonya Karimah mendengar suara laki-laki  yang sopan,  lirih, mengalunkan doa yang belum pernah Nyonya Karimah mendengar dengan sangat khusyuk diatas kepalanya. "Ilahi, shafarat yadayya fatrubhuma" (Tuhan, tanganku hampa, tanpa pendamping, pertemukan jodohku). Laki-laki itu terus berdo'a.

Saat Nyonya Karimah berjalan menuju Shafa dan Marwa, sepintas Nyonya Karimah melihat laki-laki itu lagi. Laki-laki itu terus mengumandangkan tahlil dan tahmid, dan menuju ke arah Nyonya Karimah. "Ahlan wa sahlan!", Nyonya Karimah. "Saya Kamal Abdurrazzaq", ujarnya memperkenalkan diri.

Sekembalinya dari umroh, Nyonya Karimah, melakukan kegiatannya lagi, sebagai direktur program siaran dakwah di telivisi swasta Mesir. Pagi itu, Nyonya Karimah, menuju ke Pustaka Az-Zahra di Nasr City, bertemu dengan Ustadz Ahmad Ra'if, serta berdiskusi mengenai mukjizat al-Qur'an dengan Dr.Muhammad Ali Barr dan Sheikh Abdul Majid Az-Zindani.

"Maaf. Saya harus pulang bertemu dengan Kamal Abdul Razzaq. Beliau diusulkan oleh Ustadz Abdul Halim Khafaqi", ujarnya. Tetapi, sangat mengejutkan jawaban Ustad Ahmad Ra'if, "Ala barakatillah. Kita semua memang mengusulkannya untuk menjadi suami anda. Dengan izin Allah, anda akan berbahgia dengannya", ungkap Ustadz Ahmad Raf'if.

Nyonya Karimah bukan seorang anggota Ikhwanul Muslimin, tetapi memiliki kecenderungan pada Islam yang baik. Nyonya Karimah, masih diliputi kesedihan yang mendalam sejak ditinggalkan suaminya. Nyonya Karimah belum tertarik menikah, selain masa idahnya belum selesai.

Namun, Ustad Khafaqi mengatakan, "Kamal Abdurrazzaq itu laki-laki yang penuh dengan kasih dan cinta. Ia seperti cinta yang berjalan, penyayang, berhati lembut, dan romantis. Saya berani jamin dua hal pada anda, "Istiqomah dan kemurahan", ujar Ustadz Khafaqi.

Sampai suatu hari Nyonya Karimah bertemu dengan Kamal Abdurrazzaq, dan kesan Nyonya Karimah, "bagaimana pendapatmu dengan laki-laki itu?", tanya Ustadz Kafaqi. "Ustadz, dia sungguh sosok laki-laki yang terhormat. Saya kagum dengan logika bicaranya, gaya bicaranya, dan kemampuan bahasa arab fusfhah", ujar Nyonya Karimah. Tetapi, Nyonya Karimah mengatakan, bahwa dirinya memendam pernderitaan, setelah bercerai dengan suaminya, yang sudah menikahinya selama 27 tahun.

"Tidak ada yang lebih manfaat bagi anda dalam kondisi seperti sekarang ini, selain menikah lagi. Menikah dengan Kamal Abdurrazzaq. Dialah orang yang menjadi hadiah Allah pada anda", tegas Ustadz Abdul Halim Khafaqi.

Siapa Kamal Abdurrazzaq? Tiba-tiba berdering telepon dari seberang. "Hajjah Karimah, anda akan menikah dengan Kamal Abdurrazzaq?", tanya seorang doktor. "Kamal Abdurrazzaq adalah seorang penjahat Ikhwanul Muslimin yang dipenjara oleh Gamal Abdul Nasser, selama 25 tahun", ujar doktor yang menilpunnya.

Nyonya Karimah, kemudian balik bertanya, "Dia termasuk penjahat Ikhwan kelas kakap? Sehingga, harus dipenjara oleh Gamal Abdul Nasser selama 25 tahun? Namun, siapa yang sesungguhnya menjadi penjahat?, sergah Nyonya Karimah.

Datanglah hari kebahagiaan itu, Nyonya Karimah menikah dengan Kamal Abdurrazzaq, yang memang sudah direkomendasikan oleh para tokoh Ikhwan, dan sejumlah tokoh Islam, seperti Dr.Suhair al-Qalmawi, Dr.Syauqi Dhaif,
Dr. Binti Syathhi, Dr.Amin al-Khuli, Dr.Thaha Husain, Dr.Lathifah Az-Zayyat, dan Dr.Rasyad Rasyidi.

Kemudian, Nyonya Karimah menikah dengan Kamal Abdurrazzaq, dan penuh dengan kebahagiaan, di mana  hadir sejumlah tokoh Ikhwan, dan pernikahan yang bersih dan penuh dengan kebahagiaan.

Sepengetahuan Nyonya Karimah, para tokoh Ikhwan itu, selalu mereka memiliki obsesi bagaimana menerapkan al-Qur'an, dan mereka percaya bahwa syariah Allah mengangkat harkat dan martabat masyarakat, mencegah kebobrokan, dan menebarkan keadilan.

Terlintas kembali kenangan Nyonya Karimah dengan ibunya ketika masih kanak, dan ibunya menjelaskna tentang Jamaah Ikhwan. Kemudian Nyonya Karimah, menanyakan, "Mengapa mereka memenjarakan tokoh dan anggota Ikhwan", tukas Karimah kepada ibunya. "Mereka memenjarakannya, karena mereka ingin mererapkan hukum al-Qur'an, dan mengaplikasikan Islam", terang ibunya dengan nada sedih kala itu. "Mengapa mereka ingin menerapkan hukum al-Qur'an", tanya Karimah. "Agar manusia masuk surga manakala mendengan Kalam Tuhan", tambah ibunya.

Nyonya Karimah sekarang mendampingi Kamal Abdurrazzaq yang menjadi suaminya. Tokoh yang dianggap sebagai penjahat kelas kakap. Karena pernah dipenjara oleh Gamal Abdul Nasser selama 25 tahun.

Kamal Abdurrazzaq, seperti tokoh-tokoh Ikhwan lainnya, yang mengalami siksaan yang sangat berat di penjara militer Mesir. Pernah digantung  kakinya, dan dicambuk dengan kawat baja, diadu dengan anjing, dan segala macam siksaan pernah dialami. Tetapi, Nyonya Karimah tidak melihat wajah suaminya, mengguratkan kekecawaan, dan kesedihan, serta putus asa. Semuanya yang pernah dialaminya penuh dengan rasa syukur dan sabar.

Kamal Abdurrazzaq menyaksikan bagaimana penderitaan yang dialami oleh para tokoh Ikhwan dan kader Ikhwan selama mereka dipenjara, tetapi tetap sabar, dan bahkan penjara-penjara menjadi tempat ibadah, dan setiap usai Shubuh penjara bergema doa ma'syurat yang sebagai dzikir yang terus mereka lakukan.

Tetapi, Nyonya Karimah sesudah menikah dengan Kamal Abdurrazzaq, tak melihat diri Kamal Abdurrazzaq itu, seperti yang digambarkan dalam buku Indama Ghabat Asy-Syam, yang dipenjara selama 25 tahun.

Kamal Abdurrazzaq, seorang laki-laki yang sangat santun, penuh kasih sayang, mencintai, menjaga kebersihan  hatinya, zuhud, wara', dan selalu menjaga iffah. Nyonya Karimah, tak pernah melihat suaminya Kamal Abdurrazzaq, menyentuh hal-hal yang dilarang oleh Allah Rabbul Alamin.

Pernikahannya, di malam pertamanya, dipenuhi dengan ramhat-Nya, dipenuhi dengan kasih-Nya, dijaganya kebersihan hati, saat memenuhi kewajibannya, serta selalu diawali dengan do'a. Tak ada limpahan nafsu birahi, dan selalu diingatnya bahwa melakukan kewajiban berhubungan suami-isterinya sebagai ibadah.

Suatu ketika, ketika Nyonya Karimah bersama dengan Kamal Abdurrazzaq, pergi ke kota Kairo, dan menumpangi mobilnya, tiba-tiba menyeberang, seorang perempuan tua, dan seketika Kamal Abdurrazzaq, menghentikan mobilnya, dan membantu perempuan tua itu menuntun menyeberang jalan.

Nyonya Karimah dan Kamal Abdurrazzaq sering pergi bersama mengelilingi pinggiran kota Kairo, dan selalu memberikan sedekah kepada fakir miskin yang hidup dalam penderitaan. Mengeluarkan uangnya bagi mereka yang sangat membutuhkan. Keduanya hidup dengan sangat sederhana. Sepanjang waktunya digunakan ibadah dan membantu Muslim yang sedang kesulitan.

Nyonya Karimah mengatakan, bahwa setiap kali sholat selalu berada di belakang suaminya Kamal Abdurrazzaq, dan "bacaan al-Qur'annya begitu khusyuk dan syahdu", ungkap Nyonya Karimah. Karena itu, setiap kali shalat bersama dengan Kamal Abdurrazzaq, hanya merasakan adanya kebahagiaan yang bertambah, karena merasa semakin dekat dengan Allah Azza Wa Jalla.

"Mata dan perasaan  saya dihibur dengan kelemah-lembutannya, ketawadu'an yang begitu indah. Saya baru tersadar bahwa ia belum menyentuh seorang perempuan pun sebelum saya. Dan inilah takwil mimpi-mimpi saya sebelumnya, ranjang bersih tanpa noda, dan tidak pernah ditiduri seorang pun", ungkap Nyonya Karimah tentang Kamal Abdurrazzaq.

Adakah suamiku yang pernah dipenjara selama 25 tahun oleh Presiden Gamal Abdul Nasser seorang penjahat? Wallahu'alam.
sumber: voa-islam.com

0 komentar:

Cari disini

Translate (Penterjemah)

Followers